Rabu, 11 Januari 2012

masuknya jepang ke daerah yang ada di indonesia


2.1. Masuknya Jepang ke Daerah-Daerah Indonesia
2.1.1 Kalimantan Timur
Ketika Perang Dunia ke II, Jepang ikut terjun dalam perang tersebut. Maka muncul dugaan berdasarkan analisis politik akan terjadi peperangan di Lautan Pasifik. Hal ini terbukti dengan meletusnya perang di Lautan Pasifik pada 8 Desember 1941 yang melibatkan Jepang di dalamnya. Perang ini disebut dengan “Perang Asia Timur Raya” atau “Perang Pasifik”. Akibat dari perang tersebut Belanda yang tergabung dalam front ABCD (Amerika Serikat, Brittania/ Inggris, Cina, Dutch/ Belanda) melakukan perang terhadap Jepang. Karena Jepang terlalu kuat maka Hindia Belanda-pun akhirnya jatuh ke tangan Jepang setelah Belanda yang dibantu Sekutu melakukan berbagai perlawanan tetapi tetap tidak mampu mengalahkan Jepang. Dan akhirnya Jepang pada tanggal 10 Januari 1942 berhasil menduduki Indonesia yang berawal dari Kalimantan Timur yaitu di daerah Tarakan kemudian Minahasa, Sulawesi, Balik Papan, dan Ambon.

2.1.2 Kalimantan Selatan
Sebelum tentara Jepang memasuki Banjarmasin, AVC melakukan pembumihangusan. Pada tanggal 8 Pebruari 1942 ( malam hari ), kota Banjarmasin  Murung. Pasar sudimampir, dan pasar lima dirusak dan dibakar. Fort Tatas yang dipergunakan untuk menyimpan karet dan beras untuk tentara, menyalah dengan hebatnya. Pelabuhan, gedung-gedung, dan pusat listrik ikut rusak. Percetakan Suara Kalimantan dan Bumi Putera juga habis dimakan api. Demikian pula penyimpanan bensin di Benua Anyar dan Bagau di musnahkan. Semua kendaraan militer di kumpulkan di Sungai Bilu dan di rusak satu persatu. Jembatan Coen, satu-saunya jembatan untuk menyebrangi Sungai Martapura, di ledakan dengan Dinamit sehingga menggentarkan seluruh kota banjarmasin. Pemerintah Belanda Vacum dan diseluruh kota terjadi perampokan-perampokan. Pasar lama yang tidak ikut terbakar diserbu rakyat. Gudang-gudang dan toko-toko milik orang Cina, Belanda, dan Indonesia isinya dirampas oleh rakyat.
Pada tanggal 13 Pebruari 1942 tentara Jepang memasuki kota Banjarmasin. Sebagian datang dengan naik sepeda dan sebagian lagi berjalan kaki. Walikota Van der Meulen dan kepala Borneo Internaat Smith serta seorang China yang menyambut kedatangan jepang dipancung di sisi reruntuhan jembatan Coen. Tiga hari kemudian barulah Jepang memulai konsolidasi kekuasaannya yang mula-mula dilaksanakan oleh Rikugun ( Angkatan Darat ) yang dikenal rakya dengan sebutan “ Cap Bintang “, setelah beberapa waktu kemudian baru diambil alih oleh kaigun ( Angkatan Laut ). Kalimantan selatan sebagaimana daerah Kalimantan lainya bersama dengan Sulawesi, Nusa Tenggara,Maluku, dan Irian dengan pusat Makasar berada di bawah pemerintahan Kaigun atau Angkatan Laut Jepang. Untuk mengembalikan keamanan didaerah Banjarmasin dan sekitarnya dibentuklah Panitia Pemerintahan Civil ( PPC ), yang anggota-angotanya terdiri atas pemuka-pemuka rakyat dan tokoh-tokoh pergerakan. Pemimpin-pemimpin Banjarmasin pada wakti itu ialah : Pangeran Musa Ardikesuma, dr. Soedoro Djatikoesoemo, Mr. Roesbandi dan Hadhariah M. Sedangkan untuk daerah Hulu Sungai di Kandangan dipimpin oleh H.M. Syoekeri dan dr. Soemarno. Sebagai pusat kegiatan ini PPC berkantor di bekas kantor gubernur Belanda.
Pada tanggal 18 Maret 1942 Jepang mengangkat kembali semua bekas pegawai Belanda dalam aparatur pemerintahan. Srtuktur organisasi pemerintahan Belanda masih tetap dipakai, kecuali untuk jabatan penting yang dahulu di pegang oleh orang Belanda kemudian dipegang oleh orang Jepang.
Pada tanggal 1 April Pimpinan pemerintaha sipil yang di pegang oleh W. Okomoto diserahterrimahkan kepada Omori bersama seorang pembantunya bernama K. Shogenji, seorang dokter gigi dan mata-mata Jepang yang pernah tinggal di Banjarmasin. Pimpinan pemerintahan yang baru ini segerah melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1)      Semua pelarian KNIL termasuk Gubernur Haga dan pegawai Belanda dijemput dari Dayak Besar untuk kemudian bersama orang-orang Eropa dan Cina yang dicurigai dimasukan kedalam Kamp Konsentrasi Tatas;
2)      Perbaikan jembatan Coen, sentral lisrik  “ amiem” di betulkan kembali dengan segera. Khusus untuk perbaikan Jembatan Coen di keluarkan biaya sebesar f. 8.000,00. Jembatan ini diperlebar dari 7 m menjadi 8,60 m, dan untuk tempat berjalan kaki diperlebar dari 1,20 m menjadi 2 m. Pada tanggal 25 Agustus 1942 Jembatan Coen ini diresmikan oleh pemerintah Jepang dengan nama Jamato Bashi.
3)      Keamanan dan ketertiban umum ditegakan dengan cara Jepang, yaitu dihukum mati bagi siapa saja yang salah dihadapan umum dan ditonton rakyat.
4)      Kebudayaan asing dilarang, dan bahasa yang boleh dipakai disekolah-sekolah hanya bahasa Jepang serta bahasa Indonesia sebagai penganKebudayaan asing dilarang, dan bahasa yang boleh dipakai disekolah-sekolah hanya bahasa Jepang serta bahasa Indonesia sebagai pengantar umum;
5)      Semua organisasi pergerakan rakyat di larang; dan
6)      Semua radio milik rakyat disegel.

2.1.3 Kalimantan Tengah
             Semenjak tahun 1941 seluruh Kalimantan berada di bawah kekuasaan Angkatan Laut Jepang yang bernama Borneo Menseibu dengan pimpinan nya di sebut Borneo Menseibu Cukan pusat pemerintahan Jepang ini Kerajaan-Kerajaan yang ada sewaktu mereka masuk tetap dipertahankan hanya saja kekuasaan sama sekali tidak ada. Kemudian daerah-daerah yang dulunya Districk atau Onderdistrik berubah seperti Distrik Dusun Timur dijadikan menjadi Onderdistrik dari Distrik kelua / Hulu Sungai.
            Jepang masuk di Kalimantan tidak mendapat perlawanan dari orang Dayak karena jepang mengatakan bahwa, Jepang adalah saudara tua yang membebaskan orang Dayak dari penjajahan Belanda. Itu sebabnya tidak mendapatkan perlawanan sewaktu jepang menginjakan kakinya di bumi kalimantan.

2.1.4 Sumatera Selatan
Hari itu tanggal 13 Februari 1942 pagi hari , tentara Jepang bersiap menyerang Kota Palembang, persiapan dilaksanakan dari pangkalan militer perang Jepang di Malaysia. dengan kekuatan udara Jepang bersiap menyerang Palembang yang saat itu masih diduduki oleh Belanda. 

Kekuatan Angkatan Laut Jepang juga ikut bergerak menuju Palembang. Alasan utama Jepang mengambil Palembang dari tangan Belanda adalah embargo minyak yang diberlakukan America terhadap Jepang. Tidak ada jalan lagi kecuali mengambil alih kekuasaan Belanda di Palembang, karena Palembang merupakan basis minyak bagi pemerintahan Belanda di Indonesia saat itu, bahkan minyak yang di ambil Belanda dari Palembang juga dijual ke negara-negara eropa termasuk Amerika. 

Akhirnya Jepang dapat menguasai Sungai Grong dan Plaju, inilah awal cerita penderitaan warga Sumatera Selatan akan kekejaman penjajahan Jepang. Peristiwa ini memang tidak pernah di ekspos oleh media, entah mengapa mungkin karena tidak begitu penting. tapi dalam catatan sejarah Perang Asia Pasific peristiwa penyerangan terhadap Palembang ini adalah peristiwa yang sangat penting karena Rencana penyerangan langsung atas Perintah Kaisar Jepang.

2.1.5 Jambi
            Pendudukan Jepang atas daerah jambi dimulai dengan masuknya tentara Angakatan Darat Jepang yang dipimpin oleh Kolonel Namora melalui kota Palembang dan Padang. Setelah Palembang jatuh ketangan tentara Jepang pada tanggal 14 Pebruari 1942 , maka dari Palembang tentara Jepang menyerbu masuk Lubuk Linggau, yang jatuh ketangan Jepang tanggal 21 Pebruari 1942. Selanjutnya setelah Jepang menduduki Muara Rupit tanggal 23 Pebruari 1942, yang diikuti Sorolangun Rawas pada tanggal 24 Pebruari 1942, tentara Jepang menyerbu masuk daerah Jambi.
            Dari daerah Palembang, Serbuan tentara Jepang diarahakna ke daerah Sorolangun Jambi, dan dapat diduduki Jepang tanggal 25 Pebruari 1942. Sehari kemudian Bangko dan Rntau panjang diduduki pula. Kemudian setelah melakukan pertempuran sehari semalam, pada tanggal 28 Pebruari 1942, Muara Bungo dapat diduduki Jepang tanggal 2 Maret 1942,. Di Muara Tebo tentara Jepang dibagi atas dua bagian, satu bagian bertugas untuk menyerang pertahanan tentara Belanda di Pulau Musang, dan satu bagian lagi bertugas untuk menyerang kota Jambi. Dalam pertempuran di Pulau Musang, Kolonel Namaro tewas, sedangkan tentara Jepang yang bertugas menyerang Jambi di bawah pimpinan Kapten Orito dapat menduduki kota Jambi tanggal 4 Maret 1942.
Adapun daerah Kerinci, dimasuki dan diduduki oleh tentara Jepang yang datang dari Padang. Padang diduduki Jepang pada tanggal 17 Maret 1942.
Setelah seluruh daerah Jambi dikuasai oleh Jepang dalam Waktu yang sangat singkat, maka pada tanggal 10 Maret 1942 disusunlah pemerintahan oleh bala tentara Jepang.
Pada dasarnya susunan pemerintahan Belanda didaerah Jambi, oleh Jepang masih tetap di pertahankan. Perubahan yang dilakukan oleh Jepang ialah menggantikan nama dan istilah pemerintahan Belanda dengan istilah atau nama Jepang. Keresidenan di tukar dengan Syu, sedangkan residen ditukar dengan Syucokan. Afdeling yang dikepalai oleh Kontrolin disebut Bansyu dan dikepalai oleh Bansyuco. Onderafloling/distrik yang dikepalai oleh Demang ditukar dengan nama Gun yang dikepalai oleh Gunco. Kemudian daerah Onderdistrik yang dikepalai oleh Asisten Demang disebut Fuku Gunco.
Secara struktural pemerintahan daerah Jambi pada masa pendudukan Jepang dapatlah digambarkan Sebai berikut:
Syucokan Jambi dalam menjalankan pemerintahan di Daerah Jambi dibantu oleh :
  1. Somobuco, Kepala Pemerintahan Umum.
  2. Keizabuco, Kepala Perekonomian.
  3. Keimoboco, Kepala Kepolisian.
Pada waktu itu, Pemimpin Angkatan Perang Jepang setelah menguasai seluruh Sumatera dipusatkan di Bukit Tinggi, dan oleh karena Panglima Angkatan Perang Jepang di Sumatera merangkap pula sebagai Kepala Pemerintahan Sipil untuk seluruh Sumatera, maka ibu kota Sumatera dipindahkan dari Medan ke Bukit Tinggi. Dengan demikian Syucokan Jambi tunduk kepada Gunzeikan yang berkedudukan di Bukit Tinggi.
Adapun dalam hal pembagian Wilayah Jambu-Syu, Jepang tetap berpedoman kepada susunan wilayah zaman pemerintahan Belanda di Jambi. Oleh karena itu daerah Kerinci masih tetap masuk ke dalam Sumatera Barat. Sejalan dengan itu, maka Jambi-Syu terdiri atas tujuh Bunsyu yaitu :
  1. Bunsyu Jambi                         
  2. Bunsyu Tembisi
  3. Bunsyu Tungkal
  4. Bunsyu Tebo
  5. Bunsyu Bungo
  6. Bunsyu Bangko
  7. Bunsyu Sorolangun.


2.1.6        Bengkulu
Balatentara Jepang datang di Bengkulu pada bulan Juni 1942 dari Palembang, melalui jalan darat lintas Lahat-Lubuk Linggau-Curup-Bengkulu. Pada saat Jepang datang, Bengkulu telah dikosongkan oleh Belanda. Hanya terdapat beberapa pejabat di antaranya Residen Belanda yang bernama Groenneveld. Tanpa perlawanan yang berarti Jepang berhasil menguasai Bengkulu dengan mudah. Pada mulanya rakyat menerima dengan baik kedatangannya. Hal itu disebabkan oleh karena pada mulanya Jepang bersikap ramah-tama, bahkan bersikap sebagai saudara tua. Terutama organisasi pergerakan waktu itu di antaranya Perindra berorientasi cukup baik pada Jepang, bahkan menganjurkan agar masyarakat menerimah dengan baik kedatangannya. Untuk menarik hati rakyat, maka kalau pada Zaman Belanda untuk masuk kantor Residen ter;lampau formal maka pada zaman Jepang setiap orang bebas untuk masuk kedalamnya. Kepada rakyat ditanam jahatnya pemerintahan Kolonial Belanda dan membujuk rakyat untuk membantu usaha peperangan Jepang untuk melenyapkan Kolonial. Segerah dipropagandakan pergerakan 3A ( Nippon pelindung Asia, cahaya Asia, Pemimpin Asia ). Sisa-sisa melarikan diri di tawan. Residen Belanda dan seorang penjaga Penjara ( orang Bengkulu asli di hukum mati ).
Kedatangan Jepang diperlancar berkat jauh sebelum pasukan-pasukannya diterjunkan di Bengkulu, di daerah ini sejak jaman Belanda telah banyak orang-orang Jepang membuka usaha. Bahkan menurut perkiraan mereka ini bukanlah semata-mata untuk berdagang dan usahawan biasa, namuan aktif membantu keberhasilan Negara leluhurnya. Fakta bisa ditunjukan sebagai berikut : Matsukawa yang sejak lama telah tinggal di Bengkulu, pada jaman Hindia Belanda dia membuka kedai minuman es kacang, Bung Karno erat hubungannya dengan Matsukawa ini, kerapkali terlibat dalam pembicaraan-pembicaraan rahasia, tentunya diusahakan tanpa sepengetahuan polisi rahasia yang senantiasa mengawal Bung Karno dengan ketat. Pertemuan mereka sekali-kali ditemani oleh inggit Gernasih, diduga ada pembicaraan rahasia. Bungkarno sendiri tidak menyaksikan Jepang masuk di Bengkulu. Beberapa saat sebelum Jepang  masuk Bung Karno telah di amankan oleh Belanda ke Padang dengan Jalan darat arah Muko-muko, Sedangkan Matsukawa oleh penguasa pemerintahan Jepang diberi fungsi sebagai penterjemah, kemudian secara berturut-turut nasibnya terangkat menjadi kepala P dan K, Setelah itu menjadi kepala Bagian pemerintahan Umum.

2.1.7 Bali
Jepang mendarat di Bali tanggal 17 Februari 1942. Di era penjajahan Jepang ini, perkembangan organisasi-organisasi politik terhenti. Jepang melarang dan membubarkan berbagai organisasi politik. Keadaan penduduk semakin lama semakin menderita. Hal ini karena Jepang mengerahkan segenap penduduk untuk mendukung perang. Banyak penduduk yang dijadikan romusha dan harta bendanya dirampas. Kondisi tersebut berlangsung sampai Jepang menyerah kepada sekutu dan dilanjutkan dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada awal kemerdekaan, Bali termasuk ke dalam provinsi Sunda Kecil. Sewaktu era negara serikat, Bali termasuk ke dalam Negara Indonesia Timur (NIT). Setelah Indonesia kembali menjadi negara Kesatuan, Bali kembali menjadi bagian dari Republik Indonesia dan pada tahun 1958 Pulau Bali menjadi berstatus Provinsi.

2.1.8 Bangka Belitung
            Tahun 1942, 28 Februari, Jepang melakukan serangan udara terhadap Belitung. Ini menimbulkan kepanikan luar biasa, sekolah ditutup, orang-orang kota bersembunyi ke hutan dan kampung-kampung. Orang Eropa dievakusi ke Jawa, dua buah kapal yang membawa mereka ditenggelamkan. Tahun 1942, 10 April, Jepang masuk ke Belitung, pegawai NV GMB di internir. Demang KA. Moh.Yusup ditunjuk Jepang sebagai Pengganti asistent residen untuk waktu tiga bulan dan bertanggung jawab kepada komandan militer.
Tahun 1943, Januari, sekolah-sekolah dibuka lagi, upaya mendatang bahan makanan untuk rakyat. Perbaikan besar-besaran terjadi termasuk pembukaan tambang-tambang timah. NV GMB dirubah menjadi MKK yaitu “Mitsubishi Kogyoka Kaisha”. Tambang terowongan di Gunung Selumar dibuka lagi khusus untuk menggali  bijih besi dan tembaga.
Tahun 1943, peladangan padi dibangun Jepang di Perpat selama 6 bulan dan menghasilkan 800 ton padi ladang. Tahun 1943, Jepang membuka pelabuhan bebas, Belitung berkembang pesat dan ramai, dibuka sekolah pertukangan perahu di Manggar. Dan perahu-perahu 50 ton ke atas dibangun.

2.1.9 Aceh
            Seperti banyak penduduk Indonesia dan Asia Tenggara lainnya, rakyat Aceh menyambut kedatangan tentara Jepang saat mereka mendarat di Aceh pada 12 Maret 1942, karena Jepang berjanji membebaskan mereka dari penjajahan. Namun ternyata pemerintahan Jepang tidak banyak berbeda dari Belanda. Jepang kembali merekrut para uleebalang untuk mengisi jabatan Gunco dan Sunco (kepala adistrik dan subdistrik). Hal ini menyebabkan kemarahan para ulama, dan memperdalam perpecahan antara para ulama dan uleebalang. Pemberontakan terhadap Jepang pecah di beberapa daerah, termasuk di Bayu, dekat Lhokseumawe, pada tahun 1942, yang dipimpin Teungku Abdul Jalil, dan di Pandrah dan Jeunieb, pada tahun 1944.
2.1.10 Sumatera Barat
Jepang masuk di Sumatera Barat (Minangkabau) tanggal 13 Maret 1942 dan empat hari setelah itu hampir semua kota penting diduduki tanpa perlawanan dari Belanda. Seiring dengan itu di Padang dilaksanakan serah terima kekuasaan atas Sumatera Barat antara Jepang dan Belanda. Kadatangan Jepang ke Sumatera Barat pada awalnya sangat mencemaskan masyarakat, namun dalam berbagai kesempatan Jepang menyerukan bahwa kedatangannya adalah sebagai saudara tua untuk membebaskan rakyat dari penjajahan barat. Jepang menyiarkan slogan “Asia untuk Asia” melalui agen-agen mereka. Rakyat banyak di berbagai kota menyambut kehadiran Jepang dengan sangat antusias, terutama rakyat yang tidak mengerti sama sekali dengan perkembangan politik global.
Dalam menjalankan roda pemerintahannya di Sumatera Barat, Jepang pada awalnya tidak banyak melakukan perubahan struktur pemerintahan, kecuali perubahan nomenklatur ke bahasa Jepang seperti Sumatera Westkust diganti Sumatra Neishi Kaigun shu, Asisten Residen diganti dengan Bun Shuco, afdeling dengan Bun, Onder afdeling dengan Fuku Bun, Distrik dengan Gun, dan seterusnya. Jepang juga masih menggunakan pegawai-pegawai pribumi yang dulu pernah bekerja dengan Belanda. Ini disebabkan oleh karena bangsa Jepang yang datang pertama kali adalah serdadu-serdadu yang tidak mengerti soal pemerintahan sipil. Jepang juga tidak melarang rakyat di daerah ini mengibarkan bendera Merah Putih bergandengan dengan bendera Hinomaru. Rakyat diberi kebebasan untuk mendirikan perkumpulan-perkumpulan dan sekolah-sekolah. Pemimpin masyarakat juga dibolehkan,--bahkan menganjurkan-- untuk mendirikan Komite Rakyat yang bergerak di bidang sosial, terutama mengurangi ekses akibat perang.
            Keadaan seperti digambarkan di atas ternyata tidak berlangsung lama. Setelah Jepang merasakan makin terdesak oleh pasukan gabungan Sekutu, “keramahan” Jepang terhadap rakyat mulai berbalik seratus delapan puluh derajat. Apalagi keperluan finansial bagi perang menghadapi Sekutu makin meningkat, sementara sumber penghasil tidak bertambah. Karena itu kebijakan eksploitasi tenaga kerja rakyat untuk kepentingan Jepang mulai terlihat. Rakyat dipaksa bekerja pada pabrik-pabrik. Penyiksaan-penyiksaan kejam terhadap rakyat yang membangkang oleh kempetai terlihat dimana-mana. Kebebasan para pemimpin rakyat dibatasi, demikian juga organisasi dan perkumpulan hanya diperbolehkan melaksanakan kegiatan yang berorientasi pengabdian bagi kepentingan Jepang.

2.1.11 Sumatera Utara
Pada tanggal 13 Maret 1942, Tentara Jepang memasuki Medan. Mereka kemudian menduduki Mesjid Raya untuk dijadikan benteng. Dalam waktu singkat, pasukan Jepang dapat menduduki kota-kota penting di Sumatera Utara. Raja-raja di Sumatera Utara kemudian diperintah untuk membantu pelaksanaan berbagai kebijakan pemerintah Jepang. Jepang memerintah di Sumatera Utara secara sewenang-wenang, dan menyengsarakan rakyat. Diantara kebijakan yang menyengsarakan rakyat adalah Romusha. Romusha bertujuan memobilisasi seluruh rakyat untuk membantu Jepang dalam pembangunan pertahanan di kawasan Asia Tenggara. Banyak diantara para romusha ini dikirim ke luar negeri seperti Birma, Thailand dan tempat lain untuk dipekerjakan secara paksa dan tidak manusiawi.

2.1.12 Jawa Barat
            Pada malam hari, Menjelang tnggal 1 Maret 1942, angkatan perang Jepang melakukan pendaratan di Merak dan Teluk Banten serta Eretan di Indramayu. Gerak majunya ke daerah pedalaman Jawa Barat tidak dapat di tahan lagi. Dalam strateginya memnghadapi serbuan Jepang maka oleh Belanda, Bandung dan sekitarnya dijadikan kubu pertahanan yang terakhir. Pasukan Jepang dari arah Banten berhasil menduduki Batavia diganti namanya menjadi Jakarta, dan Bogor juga diduduki Jepang. Kemudian Sukabumi dan Cianjur. Yang mendarat di Eretan ialah suatu kesatuan tentara dibawah pimpinan Kolonel Shoji dengan tugas utamanya menggempur pangkalan angkatan udara Kalijati dan menduduki kota Subang di samping menjelang tentara Belanda yang mengundurkan diri dari Batavia ke Bandung.
            Pendaratan tentara Jepang di Eretan baru di ketahui oleh pihak Belanda pada tanggal 1 Maret 1942 siang. Angkatan Udara Belanda yang di kirimkan dari Kalijati untuk menyergap pendaratan di Banten dapat digagalkan oleh pesawat-pesawat pemburu Jepang. Gerakan tentara Jepang tak dapat ditahan lagi. Mereka terus maju ke Kalijati dan sebagian menuju Subang. Kemunculan tentara Jepang yang begitu cepat di Kalijati menimbulkan ke panikan di kalangan Tentara Belanda dan sekutu yang sedang mempertahankan pangkalan udara tersebut. Mereka karena telah terpukul mentalnya, dengan tergesah-gesah meninggalkan Kalijati dengan maksud untuk mencapi Bandung lewat Subang. Tetapi ketika sampai di Subang mereka di Cegat oleh tentara Jepang yang telah masuk di sana.
            Jepang dengan mudah dapat merebut pangkalan angkatan udara Kalijati pada tanggal 5 Maret 1942. Pesawat-pesawat pembom RAF ( angkatan udara inggris ), yang sudah terisi Bom ditinggalkan begitu saja oleh para pengemudinya. Ini menunjukan betapa merosotnya semangat tempur di pihak Belanda dan Sekutu.

2.1.13 DKI Jakarta
            Mengingat letak giografis bangsa indonesia yang berkepulauan ditamabah pula Belanda sendiri tidak memiliki armada laut dan udara yang cukup kuat maka dengan mudah Jepang akhirnya dapat menduduki satu demi satu kepulauan Indonesia dari tangan Belanda ketika meletus perang Pasifik pada tahun 1941. Kelemahan lain dari pihak Belanda yakni tidak memikirkan pertahanannya untuk seluruh wilayah yang didudukinya akantetapi hanya memusatkan kekuatannya di pulau jawa saja.
            Bantuan yang di harapkan dri Inggris tidak akan mungkin diperoleh karena Inggeris sendiri harus mempertahankan tanah jajahannya yang sangat luas di Asia. Akhirnya karena posisi yang sudah terdesak maka pada bulan April 1941 berlangsung pembicaraan denag Jendral Mc. Arthur di Singapura mengenai masa-masa kerjasama untuk mempertahankan Pilifinah dan Hindia Belanda. Akan tetapi karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan sendiri-sendiri maka usaha tersebut tidak berhasil sebagaimana yang diharapkan. Inggeris bermaksud mempertahankan mati-matian Singapura dan Birma sedangkan Amerika Serikat atas Pilipina.
            Usaha selanjutnya guna mempersatukan komando di Asia Tenggara maka dibentuk komando ABDA di bawah pimpinan letnan Jendral Sir Archibald Wavell sebagai panglimanya. Ia mulai menempati posnya di Jakarta pada tanggal 10 Januari 1942. Dengan keunggulan sistem atau taktik “Blitzktieg” nya maka dalam waktu yang relatif singkat akhirnya daerah pertahanan sekutu jatuh ketangan Jepang. Berturut-turut Muang Thai dan Malaya (21 Desember 1941), Singapura (15 Pebruari 1942), dan Pilipina ( 6 Mei 1942 ). Di Indonesia satu demi satu pula kota-kota penting diduduki Jepang setelah menghadapi perlawanan yang tidak berat tidak berarti dari pihak Belanda.
            Pada tanggal 27 Pebruari 1942 terjadi pertempuran di laut di Laut Jawa. Untuk menduduki pulau Jawa sebagai tempat terkuat yang dipertahankan Belanda maka Jepang menggunakan kekuatan yang berlipat ganda. Pada tanggal 5 Maret 1942 Jepang mendarat di Banten. Pemerintah Hindia Belanda dengan tergesah-gesah mencetak selebaran yang menyatakan bahawa kota Batavia adalah kota terbuka dan akan menerima kedatangan serdadu utusan Tenno.
            Pintu kekalahan bagi Belanda sudah terbuka. Pernyataan kota Batavia sebagai kota terbuka yang mereka umumkan melalui selebaran tidak menjadi alasan bagi Jepang untuk tidak melakukan penyerangan. Karena menyadari akan kekalahannya, maka pada tanggal 8 Maret 1942 Letnan Jendral Ter Poorten menandatangani penyerahan Hindia Belanda tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati.
            Pada permulaan Maret 1942 di Kantor Residen Batavia diadakan upacara penyerahan Batavia ke tangan balatentara Jepang dengan disaksikan oleh ribuan rakyat Jakarta. Dengan demikian kelihatan dengan jelas betapa tidak mampunya Balanda manghadapi Jepang. Kenyataan tersebut di atas menunjukan bahwa zaman penjajahan Belanda yang telah banyak mendatangkan kesengsaraan bagi Bangsa Indonesia umumnya dan rakyat Jakarta khususnya dengan demikian tamatlah riwayatnya. Dengan demikian Jepang menggantikan peranan Belanda.
            Jepang datang dengan semboyan persaudaraan sebagian dari ajaran Shinto tentang Hakko-ichi-u yaitu dunia sebagai satu keluarga. Jepang bertindak sebagai  “ saudarah tua “ berkewajiban membantu “ saudara muda” nya yang telah tertindas oleh kekejaman Belanda
            Untuk mewujudkan ajaran Shinto tersebut maka harus dihimpun gelongan-golongan yang disegani masyarakat seperti alim ulama, guru, pamongpraja, serta golongan pemuda. Jepang menyadari bahwa untuk dapat menguasai hari depan mereka maka harus menguasai para pemuda. Pada masa permulaan pendudukan Jepang organisasi masyarakat yang dibenarkan hanyalah pergerakan 3A . Dengan perantaraan AAA itulah dihimpun “ Barisan pemoeda Asia Raya” dengan didahului terbentuknya sebuah komite yang di ketahui oleh Dr. Slamet Sudibjo. Kantor pusat 3 A, yaitu Gambir Barat 2 Jakarta.
            Untuk lebih meyakinkan rakyat atas maksud baik Jepang, maka pemimpin yang diasingkan pada masa penjajahan Belanda dikembalikan, antaralain Bung Karno dan Bung Hatta pemimpin itu akhirnya di ajak berkerjasama guna mewujudkan cita-cita Hakko-ichi-u dengan sasaran: “ Kemakmuran bersama Asia Timur Raya.”

2.1.14 Jawa Tengah
            Tentara jepang mendarat di jawa tengah pada malam hari tanggal 28 Pebruari, menjelang 1 Maret 1942 tentara jepang melakukan pendaratan di Keresidenan Rembang, sekitar Lasem ( desa Kranggan ), sebelah timur Kota Rembang dengan kekuatan dengan tiga atau empat devisi.
            Pendaratan dilakukan didaerah ini, karenah lemahnya pertahanan di sana diharapkan dapat bergerak cepat sehingga dengan mudah dapat memotong garis hubungan antara pertahanan belanda di Jawa Timur dan Jawa Barat. Seperti di ketahui bahwa pertahanan tentara kolonial di Jawa Tengah kecil sekali, sebab menjelang akhir Pebruari 1942 Resimen Infantri yang berkedudukan di Jawa Tengah dan Pasuakn Alteleri di Salatiga di angkut ke Jawa Barat, yang tertinggal hanya beberapa formasih “ Landstorm” dan detasemen yang merupakan gabungan batalion yang berada di Yogyakarta dan Surakarta  serta Kompi dari Legiun Mangkunegaran. Akibatnya pertahanan pasukan kolonial Belanda hanya berhasil mengadakan aksi hambatan di sepanjang jalan yang di lalui pasukan Jepang. Daerah Surakarta dan Yogyakarta, beberapa hari kemudian jatuh ke tangan Jepang.
            Jendral Coc, kemudian memusatkan pasukannya di tepi barat sungai serayu dengan tujuan menghalangi gerak maju pasukan Jepang ke daratan tinggi Priangan, karena kota Cilacap pada tanggal 4 dan 5 Maret 1942 mengalami tekanan berat terpaksa di tinggalkan oleh KNIL. Masunya Jepang juga dari desa Abal (Kabumen ) dan Cilacap. Cilacap di jadikan tempat penampungan tentara Belanda untuk gerakan melarikan diri ke Australia.
            Perlu diketahui bahwa suksesnya bala tentara Jepang yang dengan cepat menguasai wilayah Jawa Tengah ditentukan oleh persiapan yang mendahuluinya seperti menempatkan mata-mata di berbagai kota, baik sebagai pedagang atau penjual pompa air seperti di Cepu dan Pekalongan. Secepatnya Jepang mendarat di Jawa. Maka dibentuk suatu pemerintahan untuk menggantikan pemerintahan kolonial Belanda yang telah mereka tinggalkan.
            Pemerintah Bala tentara jepang didasarkan Undang-undang Bala Tentara Jepang Dai Nippon yang tercantum dalam Osamu Seirei No. 1 .
Pasal 1             : Karena Bala tentara Dai Nippon berkehendak memperbaiki nasib     rakyat Indonesia yang sebangsa dan seturunan dengan bangsa Nippon, dan juga hendak mendirikan ketentraman yang teguh untuk hidup makmur bersama-rakyat Indonesia atas dasar mempertahankan Asia Timur Raya bersama-sama, maka dari itu Bala Tentara Dia Nippon melangsungkan pemerintahan militer buat sementara waktu di daerah-daerah yang telah didudukinya , agar supaya pada keamanan yang sentosa dan segerah.
Pasal 2             : Pembesar Bala Tentara Dai Nippon memegang kekuasaan pemerintahan militer yang tertinggi dan juga segala kekuasaan yang dahulu ada di tangan gubernur jendral.
Pasal 3             : Semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-undang pemerintah yang dahulu, tetap diakui sah, buat sementara waktu asal saja tidak bertentangan dengan aturan pemerintah militer .

2.1.15 DIY Yogyakarta
            Pada tanggal 6 Maret 1942 Jepang masuk kota Yogyakarta. Iring-iringan truk yang di tumpangi bala tentara Jepang disaksikan oleh orang-orang di sepanjang jalan dengan rasa tidak ketakutan. Iringan tentara jepang itu melewati jalan Malioboro menuju ke arah selatan yaitu ke Senisono sambil menyeruhkan :” Nippon Indonesia sama-sama merdeka” dan sebagainya untuk mendapatkan perhatian masyarakat sepanjang jalan. Di sana sini itulah gambar raja Belanda di tusuk-tusuk dengan Bayonetnya bala Tentara Jepang. Dalam waktu singkat saja kota Yogyakarta dikuasai Jepang dan sebagai markas tentara Jepang di hotel Garuda Yogyakarta sekarang.
Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk, diterimah dengan sangat gembirah oleh rakyat banyak. Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Jawa Barat kepada Jepang. Sejak itu beralihlah dari penjajahan kolonial Belanda ke penjajahan Jepang. Berbeda dengan jaman Hindia Belanda di mana terdapat pemerintahan militer. Pulau Jawa dan Sumatera di perintah oleh angkatan Darat, sedangkan daerah Indonesia lainnya diperintah oleh Angkatan Laut Jepang.
2.1.16 Nusa Tenggara Barat
            Berita pendaratan bala tentara Jepang di Pulau Jawa dan menyerahnya pemerintah Belanda kepada kekuasaan Jepang itu di sambut lega, terutama oleh pemimpin-pemimpin pergerakan kebangsaan di daerah Lombok dan Pulau Sumbawa. Mereka mengharapkan bahwa dengan kekuasaan Jepang itu keadaan ekonomi dan politik akan lebih baik dari pada keadaan sebelumnya. Kabar mengenai penyerahan Belanda kepada tentara Jepang memberikan semangat kepada pemuda-pemuda untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda seperti yang terjadi di Bima (Sumbawa Timur), yang di pelopori oleh pemuda-pemuda dari Hizbulwatan dan pemuda Ansor. Tetapi sebelum tindakan itu dilaksanakan, pada tanggal 5 april 1942 orang-orang Belanda yang ada di Bima melarikan diri ke Sumbawa Besar sambil menyelamatkan harta-bendanyaseperti uang dan perhiasan. Di Sumbawa Besar mereka mempersiapkan kekuatan dengan mendatangkan polisi dari Lombok.
            Pada tanggal 8 Mei 1942 Angkatan Laut Jepang dengan di lindungi pesawat-pesawat terbang mendaran di ampenan. Empat hari kemudian pada tanggal 12 Mei 1942 Angkatan Darat Jepang mendarat pula di Labuhan Haji ( Lombok Timur ). Sejak itu pemerintahan Belanda di pulau Lombok pun berakhir. Tanggal 17 Juli 1942 Jepang mendarat di Pulau Sumbawa. Baik di Lombok maupun di Sumbawa Jepang mendarat tanpa perlawanan sedikitpun dari pihak Belanda. Keadaan memberikan kesadaran kepada penduduk bahwa orang Eropa, khususnya Belanda sangat takut kepada orang kulit berwarna. Hal ini juga membangkitkan harga diri kepada setiap pemimpin rakyat bahwa bila dilawan Belanda tidak berani.
            Di kota Selong ( Lombok Timur ) Jepang mengadakan rapat yang dihadiri oleh pemuda-pemuda dan pemimpin rakyat yang bertempat di bekas kantor Kontrolir. Seorang pemimpin Angkatan Darat Jepang yang berpangkat Kapten menjelaskan maksud perang Asia Timur Raya ialah untuk membebaskan rakyat Asia dari penindasan bangsa Barat, dan disana di sambut ceria dan rasa optimisme oleh para pemuda, Kekuatan Tentara Jepang di Lombok seluruhnya bermarkas di Mataram ( Lombok Barat ). Kekuatan di pulau Sumbawa berpusat di Bima( Sumbawa Timur ).




2.1.17 Gorontalo
Pada tanggal 23 Januari 1942, rakyat Gorontalo dengan dipelopori oleh Nani Wartabone berjuang dan menyatakan kemerdekaan, sekaligus membentuk pemerintahan sendiri. Kondisi awal tahun 1942 ini memang merupakan era yang sangat menyulitkan Belanda. Pada saat itu, negaranya diduduki Jerman dan di Asia, Jepang mulai menebarkan peperangan. Situasi tersebut dipakai Wartabone untuk mengusir kekuasaan kolonial Belanda dan menyatakan Gorontalo merdeka. Mereka kemudian membentuk Dewan Nasional untuk menjalankan pemerintahan, terdiri dari Nani Wartabone, Koesno Danoepojo, Oesoep Reksosoemitro, dan Aloei Saboe.
Pada tanggal 16 Desember 1942, Tentara Jepang yang dipimpin oleh Laksamana Mori mendarat di Gorontalo dan menangkap para pejuang kemerdekaan. Gorontalo kemudian disatukan dengan daerah lain ke dalam wilayah Provinsi Sulawesi.
Pasca Proklamasi 17 Agustus 1945, Gorontalo menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi yang berpusat di Makassar. Belanda yang waktu itu masih berkeinginan menjajah Indonesia, membuat strategi pecah belah. Mereka berusaha memecah Indonesia menjadi beberapa negara. Mereka mendirikan Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri dari 16 negara bagian. Gorontalo, waktu itu menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur (NIT), sebuah negara bagian di Republik Indonesia Serikat (RIS).
Karena tidak sesuai dengan kehendak rakyat, tahun 1950, RIS dibubarkan dan Negara Keatuan Republik Indonesia (NKRI) kembali berdiri. Sejak saat itu, Gorontalo kemlabi menjadi bagian dari Provinsi Sulawei. Sepuluh tahun setelah kembali ke NKRI, tepatnya pada tanggal 20 Mei 1960, Kotapraja Gorontalo berdiri. Pada tahun 1965 Kotapraja ini berubah statusnya menjadi Kotamadya Gorontalo hingga tahun 1999.

2.1.18 Sulawesi  Tengah
Dengan datangnya pemerintaha Jepang maka praktis di daeara Sulawesi Tengah berlaku administrasi pemerintahan bala tentara Jepang. Pada tanggal 7 Maret 1942 bala tentara jepang mengeluarkan Undang-Undang no. 1 yang berisi bahwa segala ketentuan ketatanegaraan yang tidak bertentangan dengan pemerintahan militer tetap berlaku.
            Karena itu, maka susunan pemerintahan Sulawesi Tengah tetap sja seperti pada masa pemerintahan Hindia Belanda, hanya atasannya saja yang berubah. Oleh sebab itu, tidak mengherankan di kemudian hari raja-raja di curigai oleh pemerintah Jepang sebagi mata-mata musuh dan mengadakan rencana untuk membunuh. Raja-raja yang memerintah masih tetap angkatan belanda dulu.Kalau pada zaman pemerintahan Belanda atasanya orang Belanda, maka pada zaman Jepang maka kedudukan itu ditempati oleh orang-orang Jepang. Jadi, kerajaan-kerajaan tetap berdiri seperti sebelum datangnya Jepang.























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketika Perang Dunia ke II, Jepang ikut terjun dalam perang tersebut. Maka muncul dugaan berdasarkan analisis politik akan terjadi peperangan di Lautan Pasifik. Hal ini terbukti dengan meletusnya perang di Lautan Pasifik pada 8 Desember 1941 yang melibatkan Jepang di dalamnya. Perang ini disebut dengan “Perang Asia Timur Raya” atau “Perang Pasifik”. Akibat dari perang tersebut Belanda yang tergabung dalam front ABCD (Amerika Serikat, Brittania/ Inggris, Cina, Dutch/ Belanda) melakukan perang terhadap Jepang. Karena Jepang terlalu kuat maka Hindia Belanda-pun akhirnya jatuh ke tangan Jepang setelah Belanda yang dibantu Sekutu melakukan berbagai perlawanan tetapi tetap tidak mampu mengalahkan Jepang. Dan akhirnya Jepang pada tanggal 10 Januari 1942 berhasil menduduki Indonesia yang berawal dari Kalimantan Timur yaitu di daerah Tarakan kemudian Minahasa, Sulawesi, Balik Papan, dan Ambon. Dan di berbagai kepulauan Indonesia lainnya, yang mengakibatkan terjadinya berbagai pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah di seluruh Indonesia.













Daftar Pustaka
Buku   :
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1997/1998. Sejarah Daerah Kalimantan Timur. Jakarta: Depdikbud.
_____. 1997/1998. Sejarah Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Depdikbud.
_____. 1997/1998. Sejarah Daerah Kalimantan Tengah. Jakarta: Depdikbud.
_____. 1997/1998. Sejarah Daerah Jambi. Jakarta: Depdikbud.
_____. 1997/1998. Sejarah Daerah Bengkulu. Jakarta: Depdikbud.
_____. 1997/1998. Sejarah Daerah Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud.
_____. 1997/1998. Sejarah Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Depdikbud.
_____. 1997/1998. Sejarah Daerah DKI Jakarta. Jakarta: Depdikbud.
_____. 1997/1998. Sejarah Daerah Yokyakarta. Jakarta: Depdikbud.
_____. 1997/1998. Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Depdikbud.

Internet :

2 komentar:

  1. terima kasih banyak pak, makalahnya bagus sekali...sejkarang saya jadi tau, sejarah pendudukan jepang di indoesia, khususnya daerah saya ( nusa tenggara Barat)

    BalasHapus
  2. pak, bisa di jelaskan pendudukan jepang di kendari sulawesi tenggara, soalnya di berbagai sumber tidak secara jelas di ulas.

    BalasHapus