BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kekalahan Jepang
Perang Pasifik, yang dikenal di Jepang dengan nama
Perang Asia Timur Raya dan di Tiongkok sebagai Perang Perlawanan Terhadap
Agresi Jepang (kang-Ri zhanzheng), terjadi di Samudra Pasifik, pulau-pulaunya,
dan di Asia. Konflik ini terjadi antara tahun 1937 dan 1945, namun
peristiwa-peristiwa yang lebih penting terjadi setelah 7 Desember 1941, ketika
Jepang menyerang Amerika Serikat serta wilayah-wilayah yang dikuasai Britania
Raya dan banyak negara lainnya. Perang ini dimulai lebih awal dari Perang Dunia
II yaitu pada tanggal 8 Juli 1937 oleh sebuah insiden yang disebut Insiden
Jembatan Marco Polo. Peristiwa tersebut menyulut peperangan antara Tiongkok
dengan Jepang. Konflik antara Jepang
dan Tiongkok dan beberapa dari peristiwa serta serangannya yang penting juga
merupakan bagian dari perang tersebut. Perang ini terjadi antara Jepang
dan pihak Sekutu (yang termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, Britania Raya,
Filipina, Australia, Belanda dan Selandia Baru). Uni Soviet berhasil memukul
mundur Jepang pada 1939, dan tetap netral hingga 1945, saat ia memainkan peranan
penting di pihak Sekutu pada masa-masa akhir perang.
Thailand,
setelah dijajah pada 1941, dipaksa bergabung dengan pihak Jepang. Jerman Nazi
dan Italia juga adalah sekutu Jepang, dan angkatan laut mereka beroperasi di
Samudra Pasifik dan Hindia antara tahun 1940 dan 1945. Antara tahun 1942 dan
1945, terdapat empat wilayah otorita Sekutu yang berperang melawan Jepang:
Tiongkok, wilayah Samudra Pasifik, Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat
Daya. Perang Pasifik berakhir pada 15 Agustus 1945 dan perjanjian menyerahnya
Jepang ditandatangani oleh wakil dari sekutu yaitu Jendral Douglas McArthur dan
Jepang diwakili oleh Mamoru Shigemitsu diatas kapal USS Missouri.
Menjelang
tahun 1945, posisi Jepang dalam Perang Pasifik mulai terjepit. Jenderal Mac.
Arthur, Panglima Komando Pertahanan Pasifik Barat Daya yang terpukul di
Filipina mulai melancarkan pukulan balasan dengan siasat “loncat kataknya”. Satu per satu pulau-pulau antara
Australia dan Jepang dapat direbut kembali. Pada bulan April 1944 Sekutu telah
mendarat di Irian Barat. Kedudukan Jepang pun semakin terjepit. Keadaan makin
mendesak ketika pada bulan Juli 1944 Pulau Saipan pada gugusan Kepulauan
Mariana jatuh ke tangan Sekutu. Bagi Sekutu pulau tersebut sangat penting
karena jarak Saipan - Tokyo dapat dicapai oleh pesawat pengebom B 29 USA. Hal
itu menyebabkan kegoncangan dalam masyarakat Jepang. Situasi Jepang pun semakin
buruk. Akibat faktor-faktor yang tidak menguntungkan tersebut, menyebabkan
jatuhnya Kabinet Tojo pada tanggal 17 Juli 1944 dan digantikan oleh Jenderal
Kuniaki Koiso. Agar rakyat Indonesia bersedia membantu Jepang dalam Perang
Pasifik, maka pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koiso mengumumkan
janji pemberian kemerdekaan kepada Indonesia di kemudian hari. Janji ini
dikenal sebagai janji kemerdekaan Indonesia.
2.2 Menjelang Kemerdekaan Indonesia
Sebagai realisasi dari
janji kemerdekaan yang diucapkan oleh Koiso, maka pemerintah pendudukan Jepang
di bawah pimpinan Letnan Jenderal Kumakici Harada pada tanggal 1 Maret 1945
mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Coosakai). Tugas BPUPKI adalah untuk
mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang penting yang berhubungan dengan
berbagai hal yang menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka. BPUPKI
memiliki anggota sebanyak 67 orang bangsa Indonesia ditambah 7 orang dari
golongan Jepang. BPUPKI diketuai oleh dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat dan
dibantu oleh dua orang ketua muda yaitu R.P. Suroso dan Ichibangse dari Jepang.
Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo Sangi In, Jalan
Pejambon Jakarta (sekarang gedung Departemen Luar Negeri). Selama masa berdirinya,
BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama berlangsung antara
29 Mei - 1 Juni 1945 membahas rumusan dasar negara.
Setelah berhasil
menyelesaikan tugasnya, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945 dan
sebagai gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI atau
Dokuritsu Junbi Inkai). PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno. Sementara itu, keadaan
Jepang semakin terjepit setelah dua kota di Jepang dibom atom oleh Sekutu. Pada
tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom yang dijuluki little boy dijatuhkan di
kota Hiroshima dan menewaskan 129.558 orang. Kemudian pada tanggal 9 Agustus
1945 kota Nagasaki dibom atom oleh Sekutu. Akibat kedua kota tersebut dibom,
Jepang menjadi tidak berdaya sehingga pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu.
BPUPKI telah mengadakan sidang dua
kali dan menghasilkan keputusan yang penting bagi negara Indonesia. Namun,
jangan dibayangkan kalau dalam setiap sidang-sidang BPUPKI tidak terdapat
perbedaan pendapat. Dalam setiap persidangan BPUPKI selalu muncul beberapa
perbedaan pendapat mengenai rumusan dasar negara, mukadimah, dan batang tubuh
undang-undang dasar (UUD). Dalam
sidang BPUPKI I terdapat dua golongan yang berbeda pendapat. Berikut ini kedua
golongan tersebut.
1. Golongan Islam yang menginginkan Indonesia ditegakkan menurut syariat Islam.
2. Golongan Nasionalis yang menginginkan Indonesia ditegakkan berdasarkan paham kebangsaan.
1. Golongan Islam yang menginginkan Indonesia ditegakkan menurut syariat Islam.
2. Golongan Nasionalis yang menginginkan Indonesia ditegakkan berdasarkan paham kebangsaan.
Dalam sidang BPUPKI II muncul
perbedaan pendapat mengenai bentuk negara. Mereka memperdebatkan bentuk negara
kerajaan (monarki), negara Islam, negara federal, dan negara republik. Akhirnya
dipilihlah bentuk negara republik. Pada sidang PPKI juga muncul beberapa
perbedaan pendapat mengenai wilayah negara, pemilihan presiden dan wakil
presiden, rumusan dasar negara, kementerian, serta pembagian daerah. Dalam
sidang PPKI, perdebatan antara golongan nasionalis dan golongan sekuler muncul
kembali. Perbedaan tersebut terutama mengenai sila pertama dalam rumusan dasar
negara.
Golongan Islam
menginginkan tetap seperti pada Piagam Jakarta yang berbunyi, “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya”. Setelah melalui perdebatan dan demi
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, akhirnya semua golongan menerima sila
pertama berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Penetapan ini memberikan
keleluasaan bagi perbedaan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Sekilas Perlawanan Rakyat
Terhadap Kedudukan Jepang
1. Daerah Aceh
Tahun 1942 terjadi perlawanan
di Cot Plieng, Lhok Seumawe dipimpin Tengku Abdul Jalil, tetapi dapat
dipadamkan. Tahun 1944 muncul perlawanan di Meureu dipimpin Teuku Hamid dan
dapat pula dipadamkan oleh Jepang.
2. Daerah Indramayu (Karang Ampel,
Sindang)
1943 muncul perlawanan
dipimpin oleh Haji Madriyan, dkk tetapi berhasil dipadamkan oleh Jepang.
3. Daerah Sukamanah, Tasikmalaya
1943 terjadi perlawanan
dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Ia berhasil membunuh kaki tangan Jepang dan
balasannya Jepang melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat.
4. Blitar
14 Februari 1945 terjadi pemberontakan PETA yang dipimpin
oleh Supriyadi (putra bupati Blitar) yang dibantu dr. Ismail,
Mudari, Suwondo. Pemberontakan ini mampu membinasakan orang-orang Jepang di
Blitar, Jepang sangat terkejut lagi pula saat itu Jepang sering mengalami
kekalahan dalam perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik.
Akhirnya Jepang mengepung kedudukan Supriyadi. Melakukan tipu muslihat bahwa
jika para pemberontak menyerah maka mereka akan dijamin keselamatannya serta
akan dipenuhi segala tuntutannya. Hal ini berhasil sebab banyak anggota PETA
yang menyerah. Mereka akhirnya di hukum mati maupun meninggal karena disiksa
Jepang.
5. Daerah Kalimantan Barat
Jepang pernah mengadakan pembunuhan secara
besar-besaran terhadap masyarakat ± 20.000 orang yang menjadi korban keganasan
Jepang tersebut. Hanya sebagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri dan
lari ke Pulau Jawa.
2.3 Rencana Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada
tanggal 15 Agustus 1945 Jepang bertekuk lutut kepada sekutu. Walaupun kekalahan
Jepang itu sangat dirahasiakan, namun berkat ketangkasan para pemuda Indonesia
yang bekerja pada kantor berita, sampai jugalah berita itu kepada
pemimpin-pemimpin Indonesia.
Pada
hari itu juga bertempat di gedung Pegangsaan Timur 16 ( sekarang : Jln
Proklamasi 16 ) Jakarta para pemuda mengadakan perundingan di bawah pimpinan
Chaerul Saleh. Rapat memutuskan supaya kemerdekaan segerah diproklamasikan oleh
bangsa Indonesia sendiri.
Pemuda-pemuda
Wikana dan Darwis menyampaikan hasil putusan rapat tersebut kepada Bung Karno
dan Bung Hatta pada malam itu juga. Karena semangat rakyat dan pemuda demikian
meluapnya sehingga setiap waktu dapat timbul keributan terhadap Jepang dan
keamanan Bung Karno dan Bung Hatta akan terancam apabila masih tinggal di
Jakarta, maka pada jam 4.30 pagi tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda membawa
Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Namun sore harinya mereka kembali
lagi ke Jakarta. Baru pada jam 2.00 malam tanggal 16 menjelang 17 Agustus 1945
di Jakarta naskah Proklamasih Kemerdekaan siap dan ditandatangani oleh
Dwitunggal Bung Karno-Bung Hatta, di saksikan oleh pemuda-pemuda Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari saya, kekalahan mutlak Jepang
berada pada saat hirosima dan nagasaki di bom atom oleh sekutu, karna kedua
kota tersebut merupakan pusat pemerintah di Jepang.
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, C.S.T, dan Julianto.
Sejrah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlngga.
Ricklefs, M.C, 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.
Suhartono. Sejarah Pergerakan
Nasional: dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945. Yokyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar